Dilahirkan
di Jeddah, Saudi arabia,
kawasan pantai Laut Merah. Usamah adalah anak ke-17 dari 52 bersaudara.
Ayahandanya yang bernama Muhammad bin Ladin, adalah seorang petani miskin dari Yaman yang kemudian
bermigrasi ke Arab Saudi setelah Perang Dunia II).
Di tempat yang baru ini Muhammad bin Ladin memulai dengan usahanya yang baru
bergerak dalam bidang bisnis pembangunan. Pada akhirnya ia memenangkan banyak
kontrak bagi pembangunan masjid-masjid dan istana-istana yang sangat bernilai
dari pemerintah Arab Saudi. Oleh karena itu ia telah mengembangkan tali
persahabatan yang sangat akrab dengan keluarga Kerajaan Saudi. Muhammad bin
Ladin kemudian telah menjadi salah seorang yang paling kaya di Arab Saudi, yang
diperkirakan memiliki keuntungan miliaran dolar Amerika Serikat. Dari
keuntungannya ini diperkirakan Muhammad bin Ladin memiliki saham sebesar hampir
300 miliar dolar Amerika.
Ketika berusia pemuda-remaja, Usamah bin Ladin telah bergabung dengan
gerakan Konservatif-Baru (Ultrakonservatif), sebuah gerakan politik dalam agama
Islam yang sebagian mengadopsi sebagiannya pemahaman Sufi; dan ia pernah masuk
kedalam dinas kepolisian yang menegakkan hukum-hukum syariah.
Usamah menjadi mahasiswa pada Universitas King
Abdul Aziz di Jeddah, di mana ia berguru pada salah satu dari antara
gurunya, yakni Sheikh Abdullah Azzam. Guru Abdullah Azzam inilah yang kemudian
diketahui sebagai tokoh utama yang memainkan peran memobilisasi dukungan bangsa
Arab bagi
kaum Mujahidin
yang berperang melawan pendudukan Uni Soviet
atas Afganistan.
Usamah bin Ladin lulus menyelesaikan studinya dan diwisuda sarjana tahun 1979 dalam bidang Ekonomi
dan Manajemen
Usamah
bin Ladin mulai membangun jaringan komunikasinya pada tahun 1979 ketika ia
berangkat ke Afganistan bergabung dalam milisi perang kaum pejuang Afgan
yang dikenal sebagai kaum mujahidin yang tetap bertahan dan bertempur melawan
Soviet
. Usamah menggalang dana melalui jalur-jalur kekayaan dan relasi-relasi koneksi
keluarganya bagi gerakan pertahanan Afgan, dan membantu kaum Mujahidin dengan
bantuan logistik dan bantuan kemanusiaan. Usamah juga terlibat mengambil bagian
dalam beberapa pertempuran selama perang Afganistan.
Ketika
peperangan melawan Soviet hampir berakhir, Usamah mendirikan gerakan Al Qaeda,
sebuah organisasi para mantan/eks pejuang Mujahidin dan para pendukung lainnya
yang membantu menyalurkan baik dana maupun para pejuang bagi gerakan pertahanan
Afgan.
Ketika
tentara-tentara Soviet menarik mundur keluar dari Afganistan, Usamah bin Ladin
pulang kembali ke Arab Saudi dan bergabung bekerja pada perusahaan konstruksi
dan bangunan milik keluarga, Group Perusahaan Bin Ladin. Di sini ia kemudian
terlibat bersama kelompok orang-orang Saudi yang berseberangan dan melawan
pemerintahan kerajaan/monarki Saudi, yakni terhadap Keluarga Raja Fahd. Pada
tahun 1995 Usamah bin Ladin membangun infrasruktur di Sudan ketika hubungannya
dengan Presiden Umar al-Bashir dan Dr. Hasan Turabi yang
memerintah Sudan.
Pada
tahun 1994, Pemerintah Saudi mencabut hak kewarganegaraan Usamah dan membekukan
seluruh aset dan kekayaannya di seluruh negeri. Usamah bin Ladin diyakini
berbagai pihak sebagai tokoh pusat dan kunci dari suatu koalisi internasional
dari kaum radikal Islam. Menurut Pemerintah Amerika Serikat, Al Qaeda telah
meniru gerakan-gerakan aliansi dengan pola pikir kelompok-kelompok
fundamentalis, seperti misalnya kelompok Al-Jihad di Mesir, Gerakan Hizbullah
di Iran, Front Islam Nasional di Sudan, dan kelompok-kelompok jihad lainnya di
Yaman, Arab Saudi, dan Somalia. Organisasi Usamah bin Ladin juga memiliki
ikatan-ikatan dengan "Kelompok Islam" yang pada suatu ketika dibawah
pimpinan Syaikh Omar Abdel Rahman, seorang
ulama Mesir yang menjalani hukuman seumur hidup sejak pengakuannya pada tahun
1995 menggagalkan persekongkolan peledakan beberapa tempat di kawasan kota New
York. Pada akhir tahun 1990-an dua orang anak Sheik Rahman bergabung bersama
kekuatan tentara dan perjuangan Usamah bin Ladin.
Sejak
tahun 1992, Pemerintah Amerika Serikat memberi kesan bahwa Usamah bin Ladin dan
anggota-anggota lainnya dari gerakan Al Qaeda menjadi target sasaran militer
Amerika yang bertugas di Arab Saudi, dan di Yaman, dan satuan militer yang
ditugaskan di Tanduk Afrika, termasuk di Somalia. Pada bulan Oktober 1993,
diberitakan ada 18 orang anggota militer berkebangsaan Amerika Serikat yang
bekerja untuk bantuan kemanusiaan dan penanggulangan penderitaan di Somalia,
mati dibunuh disana ketika menjalankan karya sosial mereka. Mayat tentara
pekerja sosial itu diseret dan dianiaya di sepanjang jalan-jalan raya. Pada
tahun 1996 Usamah bin Ladin dikenai hukuman atas tuduhan melatih orang-orang
yang terlibat dalam penyerangan pembunuhan tentara pekerja sosial di atas dan
ia mengatakan bahwa para pengikutnya bersama kaum Muslim setempat telah
membunuh tentara-tentara itu. Penegak hukum Amerika Serikat juga menuduh bahwa
Usamah bin Ladin memiliki jaringan dengan serangan-serangan yang gagal ke atas
dua hotel di Yaman di mana para tentara Amerika Serikat bermalam dalam
perjalanan mereka ke Somalia.
Pada
tanggal 7 Agustus 1998, delapan tahun setelah penugasan operasional militer,
Amerika Serikat membuat sebuah jebakan di Arab Saudi dengan meledakkan dua truk
bermuatan bom di luar Kedutaan Besar Amerika Serikat di Nairobi dan membuat
alur cerita se akan akan otak peledakan adalah usamah bin ladin, Kenya; dan di
Dares Salaam, Tanzania. Usamah bin Ladin menolak bertanggungjawab, tetapi para
Hakim menegaskan keterlibatan dan kesalahannya itu terbukti dengan adanya
surat-surat faksimili yang dikirimkan oleh kelompok Sel Usamah di London
setidaknya kepada tiga agen penjualan media internasional. Para Hakim juga
menunjukkan pengakuan para pelaku tindak kriminal tertuduh pelaku pengeboman
Kedutaan-Kedutaan Besar, yang mengaku mereka adalah anggota gerakan Al Qaeda.
Empat
belas hari kemudian, pada tanggal 20 Agustus 1998, Presiden Bill Clinton
memerintahkan armada kapal perang Amerika Serikat menggempur kamp-kamp di
Afganistan yang menjadi target untuk melumpuhkan usamah binladin dengan
memberikan cap sebagai sarang pelatihan teroris, dan penggempuran terhadap
pabrik reaktor kimia di kota Khartoum,
Sudan.
Usamah bin Ladin bisa selamat dari serangan itu dan dijatuhi hukuman oleh
Amerika Serikat dengan tuduhan sebagai perancang atau otak di balik
serangan-serangan bulan November 1998.
Banyak
pengamat Islam Internasional mengatakan bahwa perlawanan Usamah bin Ladin dan
Al Qaeda-nya akan tetap berlanjut selama dunia barat khususnya Amerika Serikat
tidak mengubah kebijakan yang dianggap tidak adil terhadap negara-negara dunia
Islam. Kasus Palestina dan keberpihakannya terhadap Israel diantaranya, serta
serangan dan pendudukan terhadap Irak
membuat masalah yang dikatakan dunia Barat sebagai terorisme
tidak akan selesai.
Walaupun bin Ladin berasal
dari keluarga kaya, Komisi 9/11 A.S. dan para ahli lainnya sebelumnya telah menganggap
bahwa dia tidak mempertahankan jaringan terorismenya melalui kekayaan
pribadinya.
“Bin Ladin tidak memiliki
banyak uang warisan atau sumber daya bisnis yang luas,” tulis komisi tersebut.
“Sebaliknya, sepertinya Al Qaida hidup hanya dari tangan ke mulut.”
Seorang pria Pakistan
mengendarai motornya melewati dinding yang dicoret-coret dengan grafiti dekat
rumah persembunyian Osama bin Ladin.
Secara tradisional,
keuangan Al Qaida tetap kuat dengan mengambil kesempatan dari keyakinan Islam
yang dalam untuk memberikan amal, atau zakat, menurut laporan Council on
Foreign Relations bulan Mei 2010 yang berjudul, “Tekanan Keuangan Al Qaida.”
Komisi 9/11 A.S. menetapkan bahwa ulama radikal dan administrator melakukan
korupsi mengambil uang tunai tersebut dari sumbangan yang sah yang ditujukan
untuk mendukung Al Qaida.
Penyelidikan-penyelidikan
setelah serangan-serangan Al Qaida menunjukkan bahwa untuk melakukan serangan
besar tidaklah memerlukan biaya yang besar. Laporan menyebutkan bahwa untuk
pemboman di Bali tahun 2002 memakan biaya kurang dari 50.000 dolar A.S. Komisi
9/11 A.S. memperkirakan bahwa untuk menjatuhkan Menara Kembar di kota New York
dan membuat kekacauan di Pentagon, Washington, DC, hanya memakan biaya kurang
dari 500.000 dolar A.S. Komisi itu juga melaporkan bahwa Al Qaida mempunyai
anggaran operasi sebesar 30 juta dolar A.S. pertahunnya sebelum
serangan-serangan tersebut.
Pada 2 Mei 2011 Usamah bin Ladin
tewas dalam serangan yang dilakukan oleh militer Amerika Serikat di AbbottĂŁbad,
Pakistan, tempat persembunyiannya selama ini.
Kemudian 2 Mei 2011 Pasukan Amerika
Serikat melakukan tes DNA untuk memastikan kematian Usamah.
Muncul
juga teori konspirasi yang menyatakan bahwa bin Ladin sebenarnya sudah mati
pada Desember 2001, dan klaim pembunuhan pada 2011 merupakan bagian dari
kampanye Barack Obama untuk pemilu mendatang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar